Hasil Studi Banding Di NTB, Gubernur Akan Mencoba Budidayakan Lobster Di Kaltara

LOMBOK : Lobster merupakan salah satu komoditi hasil laut yang memiliki harga jual tinggi sampai saat ini. Tingginya harga lobster di pasaran Internasional membuat sejumlah pelaku usaha berlomba-lomba membudidayakan udang raksasa tersebut.

Hal inilah yang mendorong Gubernur Kalimantan Utara (Kaltara), Zainal Arifin Paliwang mencoba membuat terobosan baru. Yaitu mencoba untuk membudidayakan lobster di Kaltara.

Namun sebelum melangkah lebih jauh, Gubernur Kaltara terlebih melakukan studi banding ke budidaya lobster petambak Teluk Jukung, Telong-Elong di Tanjung Ekas, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), Senin (8/9/2021) kemarin.

Kehadiran mantan Wakapolda Kaltara di Lombok Timur didampingi Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Borneo Tarakan (UBT), Rukisah Saleh, yang juga anggota Tim Transisi Pemprov Kaltara.

Kepada media ini, Rukisah mengapresiasi terobosan Pemprov Kaltara melalui inisiasi Gubernur Zainal Arifin Paliwang.

“Apa yang dilakukan Gubernur Zainal ini patut diapresiasi, apalagi di Kaltara belum pernah ada budidaya lobster,” tuturnya.

“Kita sama-sama tahu, kalau harga lobster itu memeiliki nilai ekonomis yang tinggi. Tapi tetap perlu dilakukan kajian-kajian yang lebih dalam,” tambah Rukisah.

Selain membutuhkan kajian yang mendalam, menurut Rukisah, sejumlah poin juga perlu diperhatikan jika memang Gubernur Kaltara ingin mengembangkan budidaya lobster di Bumi Benuanta, sebutan Provinsi Kaltara.

“Kan kita tahu di Kaltara ini tidak ada lobster, adapun yang pernah didapat jenisnya bukan lobster mutiara, tapi lobster pasir yang pernah ditemukan di perairan Pulau Bunyu,” ungkapnya.

Tak hanya itu, hal utama yang perlu diperhatikan untuk membudidayakan lobster harus melalui metode kerambah seperti yang dilakukan pembudidaya di Lombok Timur. “Ini juga harus diperhatikan,” cetusnya.

Pemprov Kaltara juga harus memperhatikan sanitasi perairan untuk lokasi budidaya hingga tingkat gelombang yang ada di perairan Kaltara. Jika tidak semua lobster yang ada di kerambah bisa mati.

“Kalau yang kita lihat di Lombok, budidaya lobster kerambahnya berada di teluk. Nah kalau di Kaltara ini kita mau cari lokasi di mana?. Sedangkan kita tahu ombak di Kaltara cukup besar,” kata pria berkacamata ini.

Oleh karena itu, Rukisah menyarankan, jika memang di Kaltara ingin diadakan pembudidaya lobster kerambah seperti di Lombok, maka perlu dilakukannya studi banding atau penelitian lebih jauh lagi.

“Bukan tidak bisa di Kaltara adakan budidaya lobster, tapi memang perlu dipelajari lagi lebih mendalam,” saran Rukisah menambahkan. (mil/msr)