NUNUKAN – Sama seperti daerah lainnya, Kabupaten Nunukan juga memiliki batik khasnya. Batik Nunukan diberi nama Lulantatibu.
Lulantatibu diambil dari singkatan nama sejumlah suku Dayak di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia di Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara).
Di antaranya adalah Dayak Lundayeh, Tagalan, Taghol, Tidung dan Bulungan.
Batik Lulantatibu Nunukan telah dipatenkan. Bahkan resmi menerima HAKI pada Mei 2017 lalu.
Dikatakan Wahyu Muji Lestari, selaku Kasi Kemitraan dan Ekonomi Kreatif pada Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Nunukan, pada 2010 lalu awal mula melakukan penggalian potensi ukiran atau motif ukiran yang ada di Kaltara. Khususnya yang ada di Kabupaten Nunukan.
“Kita mengangkat semua etnis yang ada di wilayah Kabupaten Nunukan. Karena kita tidak bisa mengangkat satu etnis saja. Sebab di Nunukan sudah masuk dalam Perda itu Dayak Lundayeh, Dayak Tagalan, Dayak Taghol, Dayak Tidung dan Bulungan,” kata Wahyu Muji Lestari, Sabtu (27/2/2021).
Sebelumnya, Gubernur Kaltara, Zainal Arifin Paliwang mengimbau kepada ASN di Kaltara agar menonjolkan kearifan budaya lokal.
Salah satunya penggunaan baju batik khas Kaltara. Menurut kacamata Wahyu, imbauan Gubernur Kaltara tersebut sangat bagus dan menjadi angin segar bagi pengrajin. Apalagi dalam kondisi pandemi Covid-19.
“Kami sangat siap untuk produksi dengan kain hasil batik Lulantatibu. Kami juga setiap hari didatangi, baik itu dari guru pegawai, dan bahkan ada juga dari dinas di Provinsi Kalimantan Utara ikut pesan kain batik khas Nunukan,” katanya.
Batik Lulantatibu ini sangat mewakili etnis Kaltara. Batik tulis, sebut dia, yang paling laris. Dalam sebulan bisa memproduksi sebanyak 36 potong. Saat ini juga masih terus melakukan produksi.
“Yang dinamakan batik itu memang harus yang tulis, karena arti batik itu ngembat dengan titik, titiknya pakai canting. Yang lain juga bisa dikatakan batik untuk mempercepat dan mempermudah prosesnya. Sehingga batik itu bisa dinikmati semua kalangan dengan pembuatan menggunakan batik cap, dan batik printing,” ujarnya.
Sejak imbaun penggunaan batik oleh gubernur, dirinya mengaku telah banjir orderan, termasuk dari luar Nunukan. (*)
Sumber: Media Relasi Ziyap
Leave a Reply
View Comments