TANJUNG SELOR – Neraca perdagangan Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) pada Desember 2020 surplus sebesar USD 76,36 juta, atau mengalami peningkatan 23,07 persen jika dibandingkan dengan neraca perdagangan pada November 2020 yang surplus sebesar USD 62,05 juta.
Kenyataan tersebut dilihat dari nilai ekspor dan impor pada Desember 2020. Dimana, menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kaltara, pada Desember 2020, total ekspor komoditi melalui pelabuhan di Kaltara mencapai USD 88,49 juta, atau mengalami peningkatan sebesar 12,67 persen dibanding kondisi November 2020 yang mencapai USD 78,53 juta.
“Sementara untuk nilai ekspor periode Januari hingga Desember 2020 mencapai USD 945,52 juta atau turun sebesar 9,96 persen dibanding peridoe Januari hingga Desember di 2019. Ini lebih besar dipengaruhi oleh kebijakan sejumlah negara selama pandemi, serta kebijakan perekonomian lainnya,” kata Gubernur Kaltara, Dr H Irianto Lambrie mengutip resmi BPS Kaltara per 1 Februari 2021.
Lebih jauh, peningkatan ekspor Desember 2020 dibandingkan dengan November 2020 disebabkan oleh meningkatnya nilai jumlah ekspor kelompok barang non migas di sektor industri yang mencapai 50,09 persen. “Untuk tambang sendiri yang selama ini menjadi andalan, pada Desember 2020, sumbangsihnya sekitar 2,09 persen. Sementara hasil pertanian malah minus 2,43 persen,” tutur Gubernur.
Sementara itu, dari nilai impor sendiri, tercatat pada Desember 2020 mencapai USD 12,13 juta atau mengalami penurunan dibandingkan dengan impor November 2020. “Bila dibandingkan dengan periode Januari hingga Desember 2019, nilai impor Kaltara periode Januari hingga Desember 2020 mengalami peningkatan sebesar 45,70 persen,” jelas Irianto. Nilai impor Kaltaratara Desember 2020 didominasi komoditi barang non migas utamanya kelompok hasil industri.
KALTARA DEFLASI
BPS Kaltara juga merilis bahwa Provinsi Kaltara (gabungan Kota Tarakan dan Kota Tanjung Selor) pada Januari 2021 terjadi deflasi sebesar minus 0,58 persen. Dimana, Kota Tarakan mengalami deflasi sebesar minus 0,85 persen dan Kota Tanjung Selor mengalami inflasi sebesar 0,49 persen.
“Deflasi di Kaltara itu dipengaruhi oleh penuruan indeks harga pada kelompok transportasi sebesar minus 9,78 persen, kelompok kesehatan sebesar minus 0,03 persen dan kelompok pakaian dan minuman sebesar minus 0,00 persen,” kata Panca Oktianti, Kabid Statistik Distribusi BPS Kaltara.
Sedangkan inflasi d Kaltara (gabungan Kota Tarakan dan Kota Tanjung Selor) dipengaruhi oleh kenaikan indeks harga pada kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,76 persen, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,47 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,36 persen, kelompok pendidikan sebesar 0,17 persen, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,17 persen, kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,15 persen, kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,01 persen dan kelompok rekreasi, olahraga dan budaya sebesar 0,00 persen.
Guna diketahui, dari 90 kota pantauan Indeks Harga Konsumen (IHK) nasional, pada Januari 2021 yaitu sebanyak 75 kota mengalami inflasi dan 15 kota lainnya mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terdapat pada kota Mamuju sebesar 1,43 persen dan inflasi terendah terdapat pada kota Ambon sebesar 0,02 persen. Sedangkan deflasi tertinggi terdapat pada kota Bau-Bau sebesar minus 0,92 persen dan deflasi terendah terdapat kota Pontianak sebesar minus 0,01 persen.(humas)
Leave a Reply
View Comments