TARAKAN – Wali Kota Tarakan, dr. H. Khairul, M.Kes., melakukan Penandatanganan Naskah Hibah dan Serah Terima Aset Barang Milik Negara yang dilaksanakan di ruang rapat wali kota, Senin (13/10/2025).
Penandatanganan dilakukan antara Pemerintah Kota Tarakan dengan Komando Operasi Udara II Pangkalan TNI AU Anang Busra, dalam hal ini Komandan Lanud Marsma TNI Andreas A. Dhewo. Pemerintah Kota Tarakan secara resmi menghibahkan lahan seluas 301.040 meter persegi untuk mendukung kegiatan pertahanan negara.
“Aset yang dihibahkan oleh Pemerintah Kota Tarakan diharapkan dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan pertahanan, pembangunan, dan pengembangan wilayah”, harap Khairul.
Dengan hibat tanah tersebut, Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Anang Busra Tarakan diperuntukan untuk mendukung pengembangan infrastruktur pertahanan udara. Dan memperkuat kapasitasnya sebagai pangkalan strategis di wilayah perbatasan Kalimantan Utara.
Komandan Lanud Anang Busra, Marsma TNI Andreas A. Dhewo, S.E., M.Sc., M.Si (Han), mengungkapkan hal kepada awak media beberapa waktu lalu.
“Nantinya mau kita kembangkan, misalnya untuk penempatan satuan baru yang akan kita establiskan di sini, tentu lahan itu harus dipersiapkan lebih dulu. Tapi kami siap mendukung seluruh prosesnya,” tegasnya.
Andreas menambahkan, perluasan ini menjadi bagian penting dari validasi organisasi TNI AU setelah Lanud Anang Busra resmi naik tipe dari B menjadi A. Salah satu prioritas pengembangannya adalah pembentukan Skuadron UAV (Unmanned Aerial Vehicle) atau Skuadron 53, yang akan menjadi satuan pengoperasian drone militer pertama di Kalimantan.
“Lanud Anang Busra sekarang sedang dalam tahap kesiapan akhir untuk menyambut pembentukan Skuadron UAV. Apron dan akses landasan sudah siap, perumahan untuk personel juga sudah tersedia. Tinggal melengkapi dukungan logistik dan sistem komunikasi pendukung operasi drone,” jelasnya.
“Skuadron 53 akan dioperasikan menggunakan drone CH-4 buatan China Aerospace Technic and Corporation. Drone ini mampu terbang sejauh 5.000 kilometer dan bertahan di udara selama 30–40 jam. Selain digunakan untuk misi pengawasan (Intelligence, Surveillance, and Reconnaissance/ISR), CH-4 juga dapat dipersenjatai dengan rudal atau bom untuk misi serangan (attack drone)”, tambahnya.
Ia menambahkan, pengoperasian Skuadron UAV akan memperkuat kemampuan pengawasan udara TNI AU, terutama di wilayah perbatasan dan laut utara Kalimantan. Sehingga bisa meningkatkan kemampuan deteksi dini terhadap aktivitas ilegal seperti penyelundupan, pelanggaran batas wilayah, dan ancaman keamanan lainnya.
“Rencana jangka panjangnya, TNI AU juga akan membentuk satuan rudal jarak menengah dan jarak jauh. Ini bagian dari penguatan sistem pertahanan nasional menghadapi dinamika geopolitik yang semakin kompleks. Kita harus siap menjaga kedaulatan udara Indonesia,” pungkas Andreas. (*)
Leave a Reply
View Comments