NUNUKAN — Suasana haru menyelimuti Gereja Kemah Injili Indonesia (GKII) Hosana Nunukan saat jemaat menggelar acara perpisahan dengan gembala jemaat mereka, Vic. Ayub Soni, S.Th, yang akan menjalani masa istirahat dari pelayanan.
Dalam ibadah yang penuh kehangatan dan keharuan tersebut, Pdt. Ingwel Kodidi menyampaikan khotbah penguatan yang mengutip dari Filipi 1:3-5. Dengan suara tenang dan penuh kasih, ia mengingatkan bahwa dalam pelayanan, kasih tetap menjadi pengikat, meski peran bisa saja berganti dan tongkat estafet pelayanan berpindah ke tangan lain.

“Seperti seorang pelari estafet yang menyerahkan tongkat kepada pelari berikutnya, pelayanan pun demikian. Mungkin hamba Tuhan akan berganti, tapi benih yang sudah ditanam biarlah terus dipelihara dan bertumbuh dalam firman Tuhan,” ujar Pdt. Ingwel.
Ia menegaskan bahwa kasih dalam Yesus tidak akan pernah memisahkan jemaat dengan gembala mereka.
“Ketika kita terikat dalam kasih Kristus, kondisi apapun tidak bisa memisahkan kita. Mari kita tetap saling mendoakan dan mengasihi, baik gembala maupun jemaat,” ucapnya.
Suasana menjadi semakin syahdu saat jemaat bersama-sama menyanyikan lagu Kemenangan Imam (KI) 237 “Sampai Bertemu Lagi.” Bait demi bait mengalun mengiringi acara perpisahan sang gembala. Suara jemaat menggema lembut
Tuhan Allah beserta engkau, sampai bertemu kembali. Kasih Kristus mengawali, Tuhanlah tetap pelindungmu…
Usai pujian, mewakili Badan Pengurus Jemaat (BPJ) Heberli, menyampaikan kesan mendalam atas pelayanan Vic. Ayub Soni. Dengan suara lirih, ia mengingat kembali perjalanan empat tahun pelayanan hamba Tuhan tersebut, sejak diutus ke GKII Hosana pada 1 Agustus 2021.

“Sebagai jemaat baru yang penuh tantangan dan kritis, kami tahu bukan hal mudah bagi beliau yang baru saja keluar dari bangku kuliah. Tapi kami menyaksikan sendiri bagaimana Tuhan membentuk beliau. Kami bersyukur, melalui proses yang tidak mudah, beliau bersama kami membangun jemaat ini menjadi lebih mandiri dan bertumbuh,” kata Heberli.
Ia pun menyampaikan permohonan maaf mewakili jemaat. “Kami sadar mungkin selama empat tahun ada tutur kata dan sikap yang kurang menyenangkan. Tapi kami juga menyadari banyak pengajaran dan keteladanan iman yang telah membentuk kami. Semoga pelayanan ini menjadi pengalaman berharga dan penyemangat di tempat yang baru,” ujarnya dengan penuh penghargaan.
Vic. Ayub Soni akhirnya naik ke mimbar dengan mata berkaca-kaca. Ia mengaku sulit berkata-kata, hanya air mata yang mampu mewakili perasaannya.

“Mulut ini seperti dijahit… Tak ada kata-kata yang bisa saya sampaikan,” ucapnya lirih, menunduk menahan haru. Ia menjelaskan bahwa keputusan untuk beristirahat dari pelayanan bukanlah keputusan mudah. Sejak tahun 2024, niat itu sudah ada, namun berat rasanya berpisah dengan jemaat yang telah ia anggap sebagai keluarga.
“Di satu sisi kami ingin bersama keluarga besar, di sisi lain hati kami tetap tertaut di pelayanan ini. Jemaat ini adalah bagian dari hidup kami,” katanya dengan suara bergetar.
Ia juga mengingat awal mula pelayanannya di GKII Hosana. Dengan jujur, ia mengaku sempat meremehkan Nunukan karena belum pernah datang ke daerah itu. “Saya pikir jalannya jelek, ibadahnya hanya di rumah-rumah. Tapi ternyata saya bertemu dengan jemaat yang luar biasa. Kritis, tapi justru itu yang membuat saya belajar,” kenangnya sambil tersenyum.
Vic. Ayub Soni menyampaikan terima kasih kepada para jemaat yang sejak awal setia mendampingi pelayanannya. “Saya lihat wajah-wajah itu… Bapak Benny, Bapak Freddy, Bapak Juari. Mereka ada saat saya datang, dan mereka juga ada saat saya pergi. Mereka seperti orangtua bagi saya,” ucapnya terbata-bata.
Tak lupa ia menyampaikan rasa terima kasih atas perhatian jemaat, terutama saat istrinya melahirkan dan saat dirinya mengalami kecelakaan. “Perhatian jemaat luar biasa. Kami merasa benar-benar diterima sebagai keluarga.”
Menjelang akhir acara, dilakukan penyerahan kenang-kenangan dari BPJ, Persekutuan Kaum Perkawanan, Pengurus Sekolah Minggu, serta beberapa keluarga seperti Bapak Benny, Heberli, Freddy, Juari, dan Johny Saleh. Semua dilakukan dalam suasana penuh kasih dan penghormatan.
Pdt. Jhony Eli menutup acara dengan doa, mengucap syukur atas pelayanan yang telah diberikan. Ia juga mengajak semua jemaat untuk tetap melangkah dalam semangat pelayanan.

“Kalau ada hal yang tidak berkenan, biarlah cukup sampai di sini. Mari kita tetap semangat, tetap berkomitmen, dan terus melayani sebagai berkat dan kemuliaan bagi Tuhan,” ucapnya.
Acara ditutup dengan foto dan jamuan kasih. Jemaat, anak-anak, orang dewasa hingga lansia, semua bersatu dalam pelukan kasih Tuhan. Tangis haru masih mengalir, namun begitu pula doa dan harapan yang mengiringi langkah sang gembala menuju masa baru bersama keluarga. (*)
Leave a Reply
View Comments