Farah Butuh Uluran Tangan Para Darmawan, Derita Hidrosefalus dan Spina Bifida

Farah bersama sang ibu, Rosmaria. (*)

NUNUKAN – Di usia yang seharusnya dipenuhi keceriaan dan tawa, Farah (4), justru hanya bisa terbaring lemas di atas tempat tidur. Karena penyakit yang  dideritanya sejak lahir pada tahun 2021.

Ya memprihatinkan, Farah anak pasangan Rosmaria dan suaminya yang tinggal di RT 01, Kelurahan Nunukan Selatan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, menderita tiga kondisi medis sekaligus: hidrosefalus, spina bifida, dan bibir sumbing.

Farah lahir dengan berat badan 2,5 kg dan lingkar kepala sekitar 45 cm, ukuran yang tidak biasa bagi bayi baru lahir. Kondisinya waktu itu segera mendapat penanganan medis. Saat usianya baru 28 hari, Farah dirujuk dari RSUD Nunukan ke rumah sakit di Balikpapan. Di sana, ia menjalani operasi pemasangan selang untuk mengatasi hidrosefalus, disusul operasi spina bifida, kelainan pada tulang belakang yang harus segera ditutup untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada sumsum tulang belakang.

Namun sejak saat itu, Farah belum pernah menjalani kontrol lanjutan. Padahal dokter menyarankan pemeriksaan berkala, khususnya untuk memastikan tidak ada pertumbuhan jaringan kembali di bagian belakang tubuh serta untuk mengecek kondisi selang yang dipasang di kepalanya. Keterbatasan biaya membuat keluarga ini menunda pemeriksaan.

Tidak hanya bisa pasrah, keluarga ini sudah pernah berupaya juga mengumpulkan uang namun  masih belum tercukupi. Tentunya ini terus menjadi kekhawatiran akan kesehatan anak mereka semakin memburuk. Dan menghantui pikiran kedua orang tua Farah.

“Saya takut ada sumbatan di selangnya. Belakang tubuhnya juga terasa lembek. Kata dokter dulu, spina bifidanya bisa kambuh,” ungkap Rosmaria (32), ibu Farah, dengan nada cemas, Sabtu (14/06/2025)

Farah kini hanya bisa tertelungkup karena tidak bisa telentang. Bibirnya kering dan sering berdarah. Bobot tubuhnya hanya 7 kg dengan lingkar kepala 38 cm, berdasarkan pemeriksaan terakhir di Posyandu.

Selama pengobatan awal di Balikpapan yang berlangsung hingga empat bulan, keluarga Farah harus menjual harta bendanya, menggadaikan motor, bahkan rumah. Meski operasi ditanggung BPJS dan ada bantuan dari pihak medis, mereka tetap menghabiskan lebih dari Rp20 juta untuk kebutuhan hidup dan pendampingan perawat.

Rosmaria bekerja sebagai buruh pengikat rumput laut (mabetang) dengan penghasilan harian Rp 35 ribu. Sementara suaminya hanya bekerja jika ada panggilan, dengan upah sekitar Rp 120 ribu per hari. Mereka kini tinggal di rumah kontrakan dengan biaya sewa Rp 500 ribu per bulan.

Di tengah keterbatasan itu, Rosmaria juga harus membesarkan dua anak lainnya yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Kadang, sang kakak turut menjaga Farah ketika ibunya harus bekerja.

Selain kontrol selang dan pemeriksaan spina bifida, Rosmaria juga berharap agar Farah bisa segera menjalani operasi bibir sumbing di RSUD Nunukan. “Saya hanya ingin dia bisa hidup normal seperti anak-anak lain,” ucapnya.

Mengetahui kondisi Farah, anggota DPRD Nunukan, Andi Fajrul Syam, S. H., menginisiasi penggalangan donasi. Hingga kini, bantuan masyarakat telah terkumpul lebih dari Rp8 juta.

“Mari kita sisihkan sedikit rezeki untuk adik Farah, putri Ibu Rosmaria. Sekecil apapun bantuan Anda, sangat berarti. Semoga Allah membalas dengan rezeki yang berlipat dan keberkahan yang terus mengalir,” ajak Andi Fazrul.

Bagi masyarakat yang tergerak ingin membantu, bantuan dapat disalurkan ke rekening:

No. Rekening: 1582025467,  a.n. Rosmaria,  Bank: BPD Kaltimtara

(**)