Deflasi Kaltara Pada Januari 2025 Tercatat Sebesar -1.35 Persen

TARAKAN – Kalimantan Utara (Kaltara) tercatat Deflasi -1.35 persen (mtm) atau -0.12 persen (yoy) pada Januari 2025.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Utara Hasiando Ginsar Manik menyebut fenomena deflasi tersebut terjadi di tiga Kota/kabupaten indeks harga konsumen (IHK) Kaltara, penyumbangnnya antara lain penurunan harga bawang, harga tahu dan tempe, terutama disebabkan diskon tarif Listrik.

“Penyumbang utama deflasi Januari 2025 adalah kebijakan diskon tarif listrik 50 persen bagi pelanggan PLN sampai dengan 2.200 VA, sedangkan penurunan harga bawang merah seiring dengan masuknya musim panen; penurunan harga tahu dan tempe sejalan dengan penurunan harga kedelai kering, serta normalisasi harga angkutan udara pasca hari besar keagamaan nasional  Nataru,” terangnnya, Hasiando Ginsar Manik, pada Pertemuan Media dan Wartawan Se-Kalimantan Utara tahun 2025, Jumat (07/02/2025).

Lanjut Hasiando Ginsar Manik, berdasarkan data BPS Februari 2025 komoditas utama deflasi tarif listrik berada di angka -40.37 persen (mtm) atau -1.98 persen (andil), sedangkan bawang merah -3.96 persen (mtm) atau -0.03 persen (andil), untuk tahu mentah -6.40 (mtm) atau -0.02 persen (andil), tempe -5.42 persen (mtm) atau -0.02 persen (andil) serta angkutan udara  -1.45 persen (mtm)  atau -0.02 persen (andil).

Sementara itu, Inflasi IHK Kaltara Januari 2025 tercatat -1.35 persen (mtm) dengan rincian Kota Tarakan -1.52 persen (mtm), Tanjung Selor -1.58 persen (mtm), Kabupaten Nunukan -0.93 persen (mtm).

Menurut Hasiando Ginsar Manik, Inflasi Kaltara tetap terjaga meskipun terdapat risiko tekanan inflasi global seperti kebijakan proteksionisme AS yang berdampak pada terganggunya pasokan komoditas global, serta risiko inflasi dari dalam negeri seperti terganggunya pasokan komoditas dengan bobot inflasi tinggi seperti aneka cabai dan bawang merah, serta kenaikan tarif angkutan udara.

“komoditas penyumbang inflasi gabungan tiga kota IHK kaltara, komoditas utama inflasi cabai rawit 26.15 persen (mtm) atau 0.21 persen (andil), tomat 40.25 persen (mtm) dan 0.18 persen (andil), untuk daging ayam ras 4.30 pesen (mtm) atau 0.08 persen (andil), bahan bakar rumah tangga 2.12 pesen (mtm) atau 0.04 persen (andil), termasuk telur ayam ras 3.00  persen (mtm) atau 0.03 persen (andil),” bebernya.

Namun demikian, TPID Kaltara terus bersinergi dalam Upaya menjaga stabilitas harga melalui framework 4K sebagai Strategi Pengendalian inflasi, yang pertama keterjangkauan harga komoditas strategis dengan pelaksanaan 220 kegiatan pasar murah di wilayah Provinsi kaltara termasuk program pasar murah di Perbatasan yang diinisiasi Bank Indonesia bekerjasama dengan pemerintah daerah.

Kedua, Ketersediaan Pasokan diantaranya Penerapan Good Agriculture Practices (GAP) mll pengimplementasian penggunaan irigasi tetes komoditas cabai merah serta bantuan sarana berupa peralatan pendukung peningkatan produktivitas dan Penerapan program Replikasi Best Practices melalui pemanfaatan teknologi digital farming berbasis Internetof Things (IoT), yang memungkinkan petaniuntuk memantau dan mengontrol berbagaias pekbudidaya tanaman secarareal-time. Serta pengembangan pola tanam produk silipat ganda.

Ketiga, adalah mengupayakan Kelancaran Distribusi, sepanjang tahun 2024 KPwBI provinsi Kalimantan Utara mendorong program fasilitasi distribusi pangan melalui pengangkutan barang pasar murah di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar sehingga masyarakat pelosok bisa mendapatkan komoditas pangan dan pertanian dengan harga yang lebih murah.

Dan terakhir, Komunikasi Efektif sebagai Penguatan Koordinasi Kelembagaan melalui pelaksanaan high Level Meeting, Mendorong kapasitas TPID melalui Penguatan Capacity Building TPID, Pelaksanaan lomba kreasi pangan lokal Kaltara dalam rangka mendorong diversifikasi produk konsumsi Produk Olahan, Penguatan Pengendalian Ekspektasi melalui pelaksanaan sidak pasar, kampanye Informasi Layanan Masyarakat, Sidak Pasar, dan pertemuan media.

“Kelancaran distribusi komoditas inti didukungnya adalah cuaca yang lebih kondusif, pengembangan pertanian local mendukung kesediaan bahan pangan Kaltara, Kebijakan stabilisasi harga oleh TPID melalui Framework 4K,” imbuhnya. (*)