Dialog Kebangsaan, Tangkal Paham Radikalisme dan Intoleransi di Tarakan

 

TARAKAN – Generasi bangsa terutama dari pemuda memiliki peran arti untuk bisa membangun negara. Makna dari kehidupan yang tenang dan damai dalam sebuah bangsa, harus berdasarkan kerukunan tanpa memandang suku, ras maupun agama.

Dalam Dialog Kebangsaan yang digelar Jumat (7/4) mengambil tema menangkal paham toleransi, radikalisme dan terorisme di Bumi Paguntaka. Peserta yang hadir dari pengurus dan anggota Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) cabang Kota Tarakan kemudian organisasi masyarakat dan beberapa orang perwakilan pengurus masjid.
Setelah dialog kebangsaan dilaksanakan, kegiatan juga dirangkai buka puasa bersama disertai deklarasi terkait menolak penyebaran paham radikalisme dan intoleransi di Tarakan yang dibacakan seluruh peserta.

“Damai dalam sebuah bangsa tanpa bergantung pada perbedaan suku, ras dan agama. Kita semua satu bangsa, satu tanah air dan satu Bahasa Indonesia. Satu catatan penting, Islam itu adalah agama penangkal dari sikap intoleransi dan radikalisme. Karena Islam adalah Rahmatan Lil Alamin,” ujar perwakilan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Tarakan, Salapa Hepa.

Sementara itu, perwakilan dari Kementrian Agama Tarakan, Sopian Riduan menuturkan sebagai agama yang merupakan rahmat bagi seluruh alam semesta, Islam memiliki kebaikan yang disebarkan kepada seluruh umat. Islam tidak mengajak untuk intoleransi atau menyampaikan radikalisme.
“Masyarakat kita harus tahu, menghormati dan menyembah. Menghormati bendera itu sejarah, tidak ada di Arab Saudi dilarang menghormati bendera,” tuturnya.
Akademisi Universitas Borneo Tarakan (UBT), Muhammad Arbain menambahkan berbagai macam fenomena terkait keagamaan di Tarakan. Namun, ia berharap respon dari Menteri Pendidikan untuk menyelesaikan permasalahan bisa diterapkan untuk menangkal penyebaran radikalisme.

Pemuda yang berada di ormas Islam harus memahami dan fasih tentang agama. Sehingga bisa menangkal penyebaran dan sikap berlebihan dalam agama. Ia tegaskan, beragama tidak boleh over dosis, meski di dalam Alquran jelas agama Islam yang diridhoi, tetapi harus menjaga paham agama lain.

“Jangan ada sikap melampaui batas untuk agama lain. Terorisme tidak akan bisa terjadi kalau tidak ada radikalisme. Sedangkan radikalisme ini sekelompok orang yang menuntur adanya perubahan pandangan sosial dan politik secara drastis. Khilafah Islamiyah ini meskipun dibubarkan, tapi pasti ada. Sehingga perlu kerjasama untuk bisa menangkal penyebarannya,” tegasnya.

Sementara itu, Ketua PMII Cabang Tarakan, Muh Renaldy Zai mengatakan melalui dialog kebangsaan memberikan pemahaman agar bagaimana organisasi kemasyarakatan dan pengurus Masjid bisa memahami bahwa di Tarakan mungkin sudah dimasuki paham radikalisme.

Melalui kegiatan dialog kebangsaan, diharapkan agar semua pihak dapat bekerjasama dalam menangkal paham toleransi dan intoleransi di Tarakan. Masyarakat terutama muslim diminta untuk tidak terprovokasi dengan adanya paham radikalisme yang hendak menyusup ke kalangan masyarakat.
“Tujuannya adalah kita sama-sama mengantisipasi adanya penyebaran paham radikalisme dan intoleransi di Tarakan,” katanya. (*/mld)