NUNUKAN – Karena kondisi geografis kecamatan Krayan yang akses transportasinya masih harus dijangkau dengan menggunakan pesawat udara, hingga kini masih terbilang membutuhkan biaya yang sangat besar. Begitu dikatakan salah seorang anggota DPRD Nunukan, Wilson Sergius, Sabtu (18/3/2023).
“Kondisi itu tentunya belum dapat mengakomodir kebutuhan masyarakat, terutama terkait pelayanan Kesehatan yang tidak sekedar dapat diatasi melalui pelayanan Kesehatan setingkat Puskesmas. Termasuk kebutuhan-kebutuhan insidentil lainnya.”
“Walaupun saat ini Pemkab Nunukan telah memberikan program ambulan udara untuk membawa pasien rujukan ke rumah sakit, namun permasalahan lain akan muncul ketika pasien bersangkutan meninggal dunia,”ungkap Wilson.
Untuk membawa jenazah kembali ke Krayan, lanjut Wilson, pihak keluarga sering mengalami kendala biaya transportasi angkutan udara yang cukup mahal ke Krayan.
“Beberapa kejadian, guna mengatasi kebutuhan biaya besar pada angkutan jenazah yang akan dimakamkan di kampung halamannya di Krayan, sejauh ini kami mengandalkan rasa solidaritas masyarakat Lundayeh untuk urunan biaya yang tidak teratasi oleh pihak keluarga duka,” terang Ketua Dewan Pengurus Cabang Persekutuan Dayak Lundayeh (DPC PDL) ini.
“Hal ini saya sampaikan mewakili harapan masyarakat Krayan agar Pemerintah Daerah menyikapi dan mencarikan solusinya. Karena masih sangat banyak keluarga duka yang tidak sanggup mengatasi beban biaya angkutan jenazah sanak keluarganya untuk dibawa pulang ke Krayan,” lanjutnya.
Selain itu, pasca penetapan kebijakan lockdown oleh pemerintah Malaysia, menyusul pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu, kondisi perekonomian masyarakat Krayan, menurut Wilson hingga saat ini masih mengalami masalah akibat banyak kebutuhan barang-barang pokok tergantung pada pasokan dari negara tetangga tersebut. Demikian juga sebaliknya, masyarakat Krayan tidak bisa lagi menjual hasil alam yang mereka peroleh ke negara bagian Sarawak, Malaysia.
“Saat ini, komoditas unggulan, yakni beras Krayan belum bisa dipasarkan ke Malaysia. Masyarakat terpaksa hanya menjualnya secara lokal di wilayah Krayan saja. Namun tentunya dengan volume yang sangat terbatas. Bahkan komoditas lainnya, buah Nanas Krayan, hanya membusuk di pohon saja,” ujar Wilson.
Terkait masalah ini, Wilson Sergius berharap kepada Pemerintah Pusat agar segera mendorong percepatan pembangunan akses jalan darat antara Kabupaten Malinau ke wilayah Krayan.
Menurutnya, dengan adanya jalur darat, konektivitas antara wilayah akan semakin baik dan meminimalisir permasalahan ekonomi di daerah perbatasan negara.
Wilson pun menjelaskan, saat ini progres pembangunan jalan darat dari Malinau ke Krayan yang dananya dianggarkan Pemerintah Pusat sebesar Rp 400 Miliar, dan mulai dikerjakan sejak tahun 2016 silam, sudah mencapai 75 persen.
Ia pun berharap tahun 2024 mendatang akses tersebut sudah bisa dimanfaatkan walau di antaranya masih ada beberapa jembatan darurat yang harus dilalui, pungkasnya. (mld*)
Leave a Reply
View Comments