Tanjung Selor – Melanjuti kegiatan Gelar Teknologi Tepat Guna (TTG) Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) Tahun 2021, peserta yang terdiri dari pemuda-pemudi Benuanta di lima kabupaten/kota pamerkan hasil karya masing-masing.

Hasil karya teknologi tepat guna yang tercipta dari ide kreatif para peserta ini dipamerkan dalam Aula Gedung Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pemerintah Kabupaten Bulungan pada Kamis, (24/6).

Handoko, salah satu tenaga pengajar asal SMKN 3 Tanjung Selor mengungkapkan bahwa dirinya dan beberapa murid lainnya telah menciptakan alat yang dirancang untuk mempercepat dan mempermudah petani dalam proses pembuatan arang sekam padi.

Alat pembuat arang Sekam Padi buatan SMKN 3 Tanjung Selor

Alat yang diproses dalam jangka waktu tiga hari ini diciptakan akibat sekam padi atau kulit gabah menumpuk dan tidak terpakai di sekitar alat penggilingan. Handoko juga mengaku bahwa sekam padi buatan mereka telah diperjual belikan ke salah satu perusahaan swasta di Kaltara.

Selain Handoko, Sudiyahmin selaku Ketua Posyantek (pos pelayanan teknologi) Mitra Timur Kota Tarakan mengungkapkan bahwa dirinya telah membuat oven pembakaran portabel.

Alat ciptaannya ini dirasa memiliki keunggulan dan keunikan tersendiri bila dibandingkan dengan pembakaran-pembakaran lain yang beredar dipasaran.

Alat pemanggang portabel

“Jadi fungsinya juga untuk membakar ikan, sosis, dan lainnya, tapi ini kami buat seperti oven agar asap yang timbul tidak mengganggu tempat-tempat di sekitarnya. Ini karena ada kipas pemecah asap di belakangnya, jadi asap tidak akan menggumpal,” jelasnya sembari menunjuk kipas yang ada di dalam pembakaran tersebut.

“Alat ini bisa divariasikan karena bentuknya seperti meja, jadi tidak perlu menyiapkan meja lagi. Modifikasi cara kerjanya sama saja seperti pembakaran biasa, tapi tampilannya lebih tertutup jadi bisa lebih higienis dengan kematangan yang merata. Selain itu, arang yang kita gunakan itu arangnya tidak cepat habis,” tambah Sudiyahmin.

Di sisi lain, Suparman asal Kecamatan Bunyu Kabupaten Bulungan menerangkan bahwa dirinya telah menciptakan pengawet makanan alami. Dirinya mengaku sang istri menderita kanker payudara karena memakan ikan dengan pengawet formalin.

“Ini menggerakan saya bagaimana bisa membuat bahan pengawet ikan alami yang tidak berbahaya untuk menggantikan penggunaan formalin. Dengan inovasi ini, kami gunakan reaktor yang lebih bagus kualitasnya menggunakan besi tebal agar dapat tahan lama dan menarik karena berbentuk prisma,” bebernya.

Alat pembuat pengawet makanan alami

Keunggulan alat ciptaan Suparman ini dilihat dari penggunaan blower sebagai pompa udara hasil pembakaran kayu sebagai bahan bakarnya, berbeda dengan ciptaan inovator sebelumnya yang menggunakan kompor gas.

“Hasil pembakaran itu berupa asap yang akan kita ambil, asapnya akan naik ke atas dan terkondensasi di dalam ruang pendingin,” jelasnya sembari menunjuk salah satu bagian pada alat tersebut.

Hasil kondensasi tersebut akan menciptakan cairan hitam yang harus melalui proses pengendapan agar dapat menjadi cairan pengawet makanan.

Pria ini berharap agar alat pengawet makanan ini dapat diperjual belikan dan berfunsi sebagaimana mestinya. Selain itu, Suparman merasa bahwa ikan asap tanpa asap hasil cairan alat pengawet makanan tersebut dapat menjadi salah satu makanan khas Kecamatan Bunyu ke depannya.

Suprapto sebagai perwakilan Kaltara pada ajang TTG tingkat nasional sekaligus perwakilan TTG tingkat India-Asia di Filipina tahun 2019 mengungkapkan bahwa sebaiknya para peserta TTG dibekali oleh pengetahuan mengenai pengertian dari inovasi suatu alat.

“Sebaiknya para peserta TTG diberikan pengetahuan mengenai inovasi, dimana inovasi ini adalah alat yang tidak duplikasi. Artinya adalah alat tersebut memang sudah ada sebelumnya dan diinovasikan menjadi memiliki kelebihan dibandingkan yang sebelumnya agar tidak dianggap meniru,” jelasnya.

“Untuk awal-awal mungkin tidak masalah, karena ini dijadikan sebagai pembelajaran juga. Kegiatan ini sudah lama, setidaknya mulai ke depannya dapat diluruskan agar alat-alat ciptaan tidak sama persis dan menjadi barang tiruan,” pungkas Suprapto.(saq/dkispkaltara)